Pensil kayu saat ini memang sudah kalah pamor dengan pensil mekanik, namun hingga saya lulus kuliah, pensil kayu dengan grafit 2B adalah benda yang paling saya butuhkan saat ujian. Teman, kita dapat mengumpamakan diri kita sebagai sebatang pensil kayu dengan penghapus di ujungnya. Mari sejenak kita amati si pensil kayu dan bagian-bagiannya.
- Saat saya memilih pensil untuk ujian, saya tidak melihat apakah bentuknya imut atau tidak. Satu-satunya yang saya perdulikan apakah grafit berkode 2B itu cukup hitam untuk digunakan di Lembar Jawaban Komputer. Nah, seperti itulah diri kita. Manusia sering masih melihat fisik, tapi Tuhan hanya melihat bagian dalam diri kita, yaitu hati kita.
- Pensil kayu yang digunakan terus akan menjadi tumpul dan harus diserut. Kita pun demikian J Dalam perjalanan hidup, kita akan bertemu dengan orang-orang yang Tuhan gunakan untuk mendidik kita, “menajamkan” pensil kita. Entah itu kritikan pedas, konflik, atau mungkin pengalaman pahit. Namun janganlah kita menjadi down, tetapi jadikanlah hal-hal itu sebagai pembelajaran hidup untuk membangun diri. Dan perlu diingat, kita tidak perlu menyimpan sisa-sisa sampah serutan pensil. Tidak ada gunanya menyimpan hal-hal pahit dalam ingatan.
- Bagaimanakah bila kita salah menulis? Ah, untuk itulah disediakan penghapus di ujung pensil. Bila kita salah, kita harus merendahkan hati dan bertanggung jawab memperbaiki kesalahan kita. Kadang ego kita terlalu tinggi untuk mengakui kesalahan, namun ingatlah bahwa sikap seperti itu tidak akan berbuah baik. Sama seperti bila kita malas menghapus dan hanya sekedar mencoret tulisan yang salah, tindakan itu hanya akan menghasilkan karya tulis yang berantakan.
- Lalu, apakah yang akan dituliskan oleh pensil ini? Teman, kitalah pensil yang digunakan Tuhan untuk menuliskan karya-Nya. Dalam setiap tindakan dan pekerjaan kita, lakukanlah dengan baik agar bisa menjadi berkat bagi sesama.
- Teman, bayangkan bila kalian sedang terpukau saat melihat sebuah lukisan sketsa yang indah. Apakah kalian akan bertanya-tanya? “Pakai merk pensil apa yah ini?” Tentu tidak. Kita akan bertanya, “Siapakah pelukis gambar indah ini?” Demikian juga dengan diri kita. Dalam setiap karya pelayanan kita, kita perlu ingat agar jangan diri kita yang mendapat pujian, namun Tuhanlah yang harus dimuliakan. Kita harus belajar mengalahkan kebanggaan diri kita dan selalu ingat, bahwa segala sesuatu itu berasal dari Tuhan. Dalam karya yang indah, yang hebat itu adalah creator-nya dan bukan alatnya.
Semoga kita semua diberkati dan dikaruniai hati Sebagai hamba. Praise The Lord!
*dituliskan oleh: @marchaela berdasarkan firman yg dibawakan Yoga (Komsel Utara 10/9)